Tradisi Tedhak siti di Kaliwungu, Kendal
Mini Riset
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Islam dan Kebudayaan Jawa
Dosen Pengampu : M. Rikza Chamani, Msi
Disusun oleh :
Indri Khoirunnisa (133511013)
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
Pendahuluan
A. Latar belakang masalah
Kelahiran seorang anak adalah kebahagiaan yang ternilai harga bagi orang
tuanya. Perwujudan kebahagian ini dalam
masyarakat Indonesia diwujudkan dalam sebuah pertunjukan, slametan, ruwatan,
dan beberapa pesta adat sebagai uangkapan syukur kepada
sang Maha Pencipta atas kelahiran anak
tercinta. Tradisi upacara bagi bayi di
Nusantara cukup banyak dari mulai dilahirkan sampai anak bisa berjalan.
Di Jawa banyak tradisi-tradisi yang sampai sekarang masih
dilakukan oleh orang-orang Jawa seperti slametan, mapati, mitoni, nyadran, dan
lain-lain. Mayarakat jawa, misalnya, pada saat anak berumur tujuh atau delapan bulan mereka akan menggelar
upacara adat bagi bayi yang
disebut Tedhak siti. Dalam mini riset ini akan dibahas bagaimana tradisi
tedhak siti di Kaliwungu, Kendal.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan
masalah yang akan di bahas dalam laporan ini adalah bagaimana upacara Tedhak
Siti di kecamatan Kaliwungu Kab. Kendal
C. Tujuan pembuatan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan laporan ini
adalah dapat memahami upacara Tedhak Siti di kecamatan Kaliwungu Kab. Kendal
D. Landasan teori
Upacara tedak siti merupakan suatu ritual
peralihan yang umum dilakukan tidak hanya pada kalangan masyarkat Jawa. Etnik
lain seperti Melayu, Banjar dan Bugis juga mengenal upacara semacam yang
dikenal sebagai upacara turun tanah (mudhun lemah, dhun-dhunan).
Secara bahasa arti kata tedak siti ini memang
turun tanah(mudhun lemah, dhun-dhunan). Upacara tedak siten yang
dilaksanakan di kalangan masyarakat jawa dilakukan ketika sebuah keluarga
memiliki anak, laki-laki atau perempuan yang telah mencapai tujuh lapan (7-8
bulan). Upacara ini dilakukan untuk memperkenalkan anak untuk pertama kalinya
menginjakkan kaki di bumi atau tanah.
Upacara ini biasanya dilaksanakan pada pagi hari di halamanan
rumah keluarga bersangkutan, tepat pada kelahiran anak. Upacara ini memiliki
tujuan agar anak tersebut kelak setelah dewasa akan menjadi orang yang kuat dan
mampu berdiri sendiri. Selain itu, juga memiliki tujuan agar anak kelak akan
mudah dalam menjalani kehidupan yang penuh tantangan dan tercapai apa yang
dicita-citakan.
Perlengkapan yang dibutuhkan dalam upacara tedak siten
yaitu sesaji selamatan, yang terdiri atas:
a.
Nasi tumpeng dengan sayur-mayurannya
b.
Jenang merah putih
c.
Jenang baro-baro
d.
Jajan pasar selengkap-lengkapnya
e.
Juwadah lima macam warna, yaitu merah, putih,
hitam, kuning dan hijau
f.
Bunga setaman dan tanah yang disiapkan dalam
bokor besar
g.
Tangga yang dibuat dari batang tebu merah hati
h. Kurungan ayam yang dihiasi dengan janur kuning
atau kertas hias warna warni
i.
Padi, kapas, sekar telon (mawar, melati, dan
kenanga)
j.
Beras kuning dan berbagai lembaran uang
k.
Bermacam-macam barang berharga, seperti gelang
kalung dan peniti
l.
Bermacam-macam barang yang bermanfaat,
misalnya buku dan alat tulis.
Pembahasan
Setiap daerah mempunyai ciri khas tersendiri dalam hal budaya, seperti hal
nya tedhak siti. Tedhak siti merupakan tradisi adat jawa sejak
dahulu kala. Asal kata tedhak (menapakan kaki), siti/sinten
(tanah) yang berarti untuk pertama kali bayi menapakan kaki di atas tanah. Maka
sebagai orang tua memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa dengan
menggelar acara tedhak siti. Untuk
masyarakat kecamatan Kaliwungu kab. Kendal tradisi ini tidak asing lagi di
masyarakat.
Tradisi tedhak siti di Kaliwungu acara di mulai pada pagi hari. Keluarga
memberikan semangkok bubur coco/candil (bubur yang terbuat dari tepung ketan)
kepada tetangga di sekitar rumah.
Bubur itu pertanda bahwa ada acara tedhak siti
di rumah yang mempunyai hajat. Maka setelah itu warga akan datang ke rumah yang
mempunyai hajat tersebut.
Setelah keluarga membagikan bubur ke warga sekitar maka ritual tedhak siti
di mulai. Orang tua bayi yang akan menggelar upacara tedhak siti mempersiapkan
banyak hal, seperti tangga kecil yang terbuat dari tebu (jumlah anak tangga
bebas, lazimnya 3 anak tangga), kurungan ayam, benda-benda yang akan di masukan
kekurungan ayam (buku, pensil, perhiasan, gunting dan lain-lain), dan uang
recehan di campur dengan beras kuning (beras yang di campur dengan parutan
kunyit).
Anak bayi yang akan melakukan tedhak siti dipakaikan pakaian yang paling
bagus, setelah itu si bayi di gendong ayah/ ibu nya menuju ruang acara tedhak
siti. Di ruang acara seluruh keluarga inti dan pemimpin acara tedhak siti telah
menunggu si bayi tersebut. Pemimipin acara berdoa terlebih dahulu.
Setelah itu si bayi yang di bantu orang tuanya dipijakan ke piring berisi
bubur candil yang beralaskan daun pisang. Kemudian si bayi untuk turu dan menapakan kaki ditanah untuk pertamaa
kalinya. Proses selanjutnya si bayi di tuntun menuju tangga yang terbuat dari
tebu yang sudah disiapkan. Sesampai di depan anak tangga, orang tua nya si anak
menaiki tangga tersebut sampai di atas. Selesai dari tangga, si bayi di masukan
ke dalan kurungan ayam yang sudah di hias dan di dalam nya sudah di penuhi
benda-benda yang telah di sediakan (buku, kitab, pulpen, pensil, perhiasan
dll). Di dalam kurungan si bayi di biarkan dan dilihat benda apa yang akan
menarik perhatiannya dan kemudian akan di ambil oleh si bayi untuk pertama
kali.
Setelah itu bayi dikeluarkan dari kurungan oleh ayah/ ibunya. Pemimpin
ritual membawa baskom berisi uang recehan yang dicampur beras kuning. Semuanya
menuju perkarangan rumah. Diluar sana para warga telah menantinya. Sesampainya
di halaman rumah, sambil membaca basmallah orang yang memimpin acara mulai
melempar uang recehan.
Biasanya warga menyebut tradisi tedhak siti dengan
“udik-udikan” atau menyebar uang (nyebar dhuwit dalam bahasa jawa). Dalam
tahapan ini warga menukarkan uang receh yang didapat jika dibaliknya terdapat
nomor dengan hadiah menarik yang disediakan oleh keluarga.
Selesai acara tedhak siti ,
keluarga membagikan semangkok bubur candil kepada warga yang mengikuti acara
tersebut. Dengan begini selesai sudah upacara tedhak siti untuk si bayi.
Makna tedhak siti sendiri dalam masyarakat adalah tidak hanya untuk melestarikan budaya
yang dari dulu dilakukan oleh orang tua terdahulu tetapi banyak makna di balik
upacara tersebut. Bubur candil yang terbuat dari tepung ketan barmakna bermacam-macam hasil bumi kita yang dapat
dijadikan sumber makanan. Selanjutnya
anak di masukan ke dalam kurungan ayam besar yang dihiasi dan di dalamnya
bermacam barang-barang bermakna lingkup dunia anak yang masih kecil sebesar
sangkar dan berisi mainan serta beberapa kebutuhan dunia anak. Biasanya sang
anak akan memilih beberapa barang, kadang dikaitkan dengan watak/ karakter anak
tersebut. Sang anak kedepan suka bermain, belajar, bekerja atau berhias.
Memanjat anak tangga yang terbuat dari tebu bermakna manisnya tingkatan
kehidupan yang akan dialami sang anak kelak.
Kesimpulan
Tedhak siti merupakan tradisi yang turun-temurun yang
masih diselenggarakan masyarakat jawa saat ini. Dengan kemajuan zaman yang
semakin modern, masyarakat jawa masih memegang teguh nilai budaya leluhur.
Karena disetiap budaya terselubung banyak makna untuk mengarungi kehidupan ini.
Demikian tradisi tedhak siti di Kaliwungu, kendal.
Daftar Pustaka
Zulfah, Elizabeth Misbah, 2004, Merumuskan Kembali
Interelasi Islam-Jawa, Yogyakarta : Gama Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar